Pemilihan dan Insersi Vektor ke dalam Agrobacterium LBA 4404 pada Rekayasa
Tanaman Padi dengan gen MmCuZn-SOD
Wendi Anata1
1Teknologi
Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Abstrak
Media
transfer yang biasa digunakan dalam metode kloning tanaman adalah Agrobacterium tumefaciens yang memiliki
Ti-Plasmid. Salah satu bagian dalam
Ti-Plasmid yang paling penting adalah T-DNA(Transferred DNA), yang ditransfer
melalui bakteri agrobakterium penginfeksi kedalam inti sel tanaman yag
terintegrasi dengan genom tanaman. Salah satu metode yang digunakan dalam
mentransfer T-DNA ke genom tanaman adalah sistem vektor biner. Tahapan insersi
pGreenII.000 ke dalam Agrobaterium adalah menyiapkan konstruksi desain primer
gen MmCuZn-SOD, menambah situs restriksi, induksi ke bakteri E.coli DH5Alpha, dan
menginduksikan ke dalam Agrobakterium LBA 4404 menggunakan metode Triparental Mating(TPM).
Kata Kunci
Vektor
Biner, Kloning tanaman, pGreenII.000
DNA Transfer pada Kloning Tanaman
Kemampuan bakteri
menginfeksi tanaman disebabkan oleh adanya Ti-Plasmid. Ti-Plasmid memiliki
ukuran yang cukup besar, yakni: 100kbp. Ti berarti ‘Tumor-inducing’ dan ada
juga yang disebut dengan Ri yang artinya ‘Root-inducing’. Ilustrasi dari
Ti-Plasmid dapat dilihat pada gambar diatas. Salah satu bagian dalam Ti-Plasmid
yang paling penting adalah T-DNA(Transferred DNA), yang ditransfer melalui
bakteri agrobakterium penginfeksi kedalam inti sel tanaman yag terintegrasi
dengan genom tanaman. Transfer T-DNA tersebut bergantung pada vir region(jika didalam plasmid) atau chv(jika di dalam kromosom). Mereka
diinduksi dalam respon ketika suatu tanaman mendapatkan ‘luka’ yang
mengeluarkan berbagai senyawa seperti acetosyringone,
alpha-hydroxyacetosyringone dan prekursor dari lignin, seperti coniferyl alcohol. Dalam Ti-Plasmid,
T-DNA diapit oleh sekuen yang berulang yang memiliki sekitar 25 pasang basa,
yang dinamakan border repeats(atau left dan right border). T-DNA mengandung sekuen dari onc gene(Tumor-inducing
potential). Mereka termasuk gen yang
terlibat dalam sintesis hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam
pertumbuhan sel tanaman. T-DNA juga mengandung enzim yang memproduksi asam
amino konjugasi yang tidak biasa, nopaline
dan octopine, biasa disebut secara
kolektif dengan opine. Tanaman yang
telah mengandung T-DNA akan mengekskresikan opine(yang tidak dapat dimanfaatkan
untuk dirinya sendiri) dan dimanfaatkan oleh Agrobakterium pada sisi infeksi
pada tanaman.
Vektor pada Kloning Tanaman
Prinsip Dasar
Prinsip
dasar dari menggunakan Agrobakterium dalam metode kloning pada tanaman adalah
menyisipkan DNA asing pada T-DNA dalam sel bakteri. Kemudian, bakteri tersebut
dapat menginduksikan T-DNA yang telah mengandung DNA asing tersebut kedalam
inti sel tanaman dan terintegrasi dengan genomnya. Terdapat dua kesulitan dalam
hal ini, yakni: pertama, Ti-Plasmid memiliki ukuran yang cukup besar sehingga
sulit dimodifikasi secara in vitro(sulit menentukan situs restriksinya) dan T-DNA
yang mengandung gen yang menghambat pertumbuhan ketika T-DNA ditransfer ke
dalam tanaman. Solusi dari permasalahan tersebut dapat menggunakan dua metode
berikut:
Cointegrative
Vector System
Permasalahan
diatas dapat ditangani dengan metode Cointegrative
Vector System. Metode ini menggunakan vektor intermediet yang dimanipulasi
yang dapat membawa marker yang dipilih. Kemudian, vektor intermidiet yang telah
dimodifikasi(disisipkan gen yang diinginkan), diinduksi ke dalam Agrobakterium
yang mengandung Ti-Plasmid. Vektor intermediet tidak dapat bereplikasi dalam
Agrobakterium, namun ia dapat berpropagasi ke dalam sisi T-DNA pada Ti-Plasmid.
Kemudian, Agrobakterium ditransformasikan ke dalam inti sel tanaman yang akan
mentransfer T-DNA rekombinan kedalam inti sel tanaman. Untuk tanaman yang
mengalami penghambatan pertumbuhan, maka gen-gen regulator yang menghambat
pertumbuhan dalam Ti-Plasmid harus diinaktivasi. Namun, hal ini cukup kompleks,
karena membutuhkan rekombinasi antara integrative
vector dan Ti-Plasmid.
Binary
Vector System
Untuk
memudahkan permasalahan tersebut, digunakan sistem vektor biner. Sistem ini
juga menggunakan vektor yang berukuran kecil yang dapat dimanipulasi secara in
vitro. Tidak seperti Cointegrative Vector
System, vektor binary memiliki border repeats. Gen asing disisipkan ke
dalam vektor binary(diantara border repeats tersebut). Kemudian, bektor binary
rekombinan tersebut diinduksikan ke dalam Agrobakterium yang mengandung
Ti-Plasmid yang sudah dinon-aktifkan(sehingga tidak dapat ditransfer ke host). Ti-Plasmid
memiliki fungsinya(melalui sisi vir) sehingga dapat mentransfer gen langsung ke
genom tanaman). Selection akan memaksakan marker
dalam vektor biner dibawa oleh T-DNA pada Ti-Plasmids. Agrobakterium akan
mentransfer sisi pada vektor biner yang diapit oleh border repeats ke dalam genom tanaman. Ilustrasi sistem ini
dijelasakan pada gambar berikut:
Vektor biner sendiri dapat memiliki dua buah origin of replication yang dapat bereplikasi di dua host, misal E.coli dan Agrobacterium. Namun, kadang vektor binermemiliki origin tunggal yang dapat juga bereplikasi di dua host.
Insersi vektor biner ke dalam Agrobacterium
Untuk
memasukkan vektor biner yang terkandung didalam host perantara(E.coli) ke dalam Agrobakterium dapat
dilakukan dengan elektroforasi dengan naked
DNA. Selain itu, dapat dilakukan dengan melakukan konjugasi dari inang
perantara ke Agrobakterium dengan menggunakan metode TPM(Triparentang Mating), yang membutuhkan tiga bakteri, yakni: bakteri
pembawa vektor binary rekombinan, bakteri agrobakterium sebagai inang, dan
bakteri helper yang mengkondisikan terjadinya perpindahan vektor secara
konjugasi.
Pemilihan Vektor dan Insersi ke Agrobacterium
LBA
4404
Vektor pGreenII.000 merupkan
vektor biner sintesis yang dapat melakukan replikasi dalam dua host karena memiliki dua oRi. Vektor pGreenII.000
ini memiliki ukuran 3.3 kb yang membuatnya mudah dimanipulasi secara in vitro. Vektor
plasmid pGreenII.000 ini kami pilih dengan pertimbangan antara lain:
1.
Memiliki
origin of replication, sebagai syarat
replikasi. Vektor pGreenII.000 ini
memiliki dua buah origin of replication
yang bernama CoIEI dan pSa-ORI
2.
Memiliki
daerah penempelan yang sesuai.
3.
Mempunyai
gen marker yang dapat menandai masuk
tidaknya plasmid ke dalam sel inangnya nanti.
4.
Ukuran
yang sesuai, memiliki ukuran yang relatif sedang dibandingkan dengan pori
dinding sel inang.
5.
Memiliki
lacZ yang terdiri dari multiple cloning
site (MCS) dalam menjalankan fungsinya.
6.
Memiliki
border repeats yang menandakan situs yang akan ditransformasi ke dalam tanaman.
7.
Memiliki
selectable marker hygR(hygromicyn resistance) dalam lacZ yang
membuat selection dalam sel tanaman
nantinya.
8.
Memiliki
nptI, yang berfungsi dalam propagasi ke Agrobakterium.
9.
Memiliki
promoter nopaline synthase (nos), octopine synthase (ocs) and mannopine
synthase (mas).
Konstruksi Vektor pGreenII.000
Desain Primer
Fragmen
MmCuZn-SOD diperoleh dengan mengamplifikasi plasmid rekombinan pGEM-MmCuZn-SOD
dengan primer spesifik:
- · MmSODXba-F : 5’-GCTCTAGAATGGTGAAGGCTGTGGTTGTTC-3’(Primer Foward)
- · MmSODSpe-R : 5’-GACTAGTTTAACCCTGGAGACCAATG-3’(Primer Reverse)
Primer
didesain memiliki situs pemotongan enzim restriksi XbaI untuk primer
forward dan site pemotongan SpeI untuk primer reverse.(Saleha, 2012).
Sementara itu, plasmid pGreenII.000 dipotong dengan menggunakan enzim restriksi
yang sama dengan situs restriksi MmCuZn-SOD, yakni XbaI dan SpeI pada bagian MCSnya. Setelah itu,
dilakukan penyambungan plasmid pGreenII.000 dan gen MmCuZn-SOD dengan
menggunakan enzim T4 DNA Ligase.
Tahapan Insersi Vektor pGreenII.000 ke dalam Agrobacterium LBA 4404 dengan Sistem Vektor Biner
Plasmid pGreenII.000
rekombinan tersebut diinduksikan kedalam inang perantara ke dalam bakteri
E.coli DH5Alpha. Setelah plasmid pGreenII.000 rekombinan tersebut sudah
terverifikasi dengan menggunakan PCR, maka dilakukan transfer plasmid secara
konjugasi dari E.coli DH5Alpha ke dalam Agrobakterium dengan menggunakan metode
TPM(Triparental Mating).
Metode Triparental Mating(TPM)
Transformasi menggunakan 3 macam bakteri yaitu E.coli DH5Alpha yang mengandung plasmid pGreenII.000
rekombinan (mengandung gen MmCuZn-SOD), bakteri E.coli HB 101
yang mengandung helper pRK 2013 sebagai pengkondisi terjadinya perpindahan
konjugasi, dan A. tumefaciens LBA 4404 sebagai inangnya. Masing-masing
bakteri dibiakkan pada medium LB padat dengan penambahan antibiotik kanamisin
untuk bakteri E.coli dan streptomisin. Inkubasi E.coli DH5Alpha dilakukan
selama 16 jam pada suhu 37°C dan Agrobakterium selama 32 jam pada suhu 28°C. Kemudian,
masing-masing biakan diambil satu goreng dan dilarutkan dalam medium LB cair.
Selanjutnya, masing-masing biakan dicampur secara berurutan: E.coli DH5Alpha, E.coli HB 101, A.
tumefaciens LBA 4404. Lalu, diinkubasi selama 32 jam pada suhu 28°C.
Hasilnya akan terjadi proses perpindahan secara konjugasi plasmid pGreenII.000
rekombinan ke dalam bakteri A. tumefaciens LBA 4404.
Referensi
Hannum, Saleha. 2012. Isolasi,
Pengklonan, Dan Analisis Ekspresi Gen Penyandi Copper/Zinc Superoxide
Dismutase (CuZn-SOD) DARI Melastoma malabathricum L. IPB. Bogor
J,
Howe. 2007. Gene Cloning dan Manipulating
Second Edition. UK: Cambridge University Press
S,
Primrose. 2003. Principle of Gene
Manipulation Sixth Edition. USA: Blackwell Science
No comments:
Post a Comment